Ini Dia Alasan Barang Elektronik Harus Mati Dalam Pesawat


Peristiwa hilangnya pesawat AirAsia QZ8501, Minggu (28/12/2014), mengingatkan kita pada deretan peristiwa tak menyenangkan lainnya. Jika menilik ke belakang, pada tahun 2014 saja, sudah terdapat dua peristiwa serupa yang dialami Malaysia Airlines.

Ketika berada dalam pesawat, sang pramugari selalu memperingatkan agar mematikan ponsel dan berbagai peralatan elektronik lainnya. Hal ini memang tidak begitu masuk akal, terutama di zaman modern seperti ini.

Fakta yang dikutip dari laman TheConnectivist, Senin (29/12/2014), menyatakan bahwa tidak ada kecelakaan pesawat yang disebabkan oleh perangkat elektronik yang menyala. Sebab, pada survey tersebut, ditemukan sekitar 30 persen dari penumpang tidak mematikan ponsel saat diminta oleh pramugari.

Lantas, mengapa kita harus mematikan seluruh barang elektronik termasuk ponsel?

Saat di penerbangan, perangkat elektronik bisa menghambat kinerja peralatan avionik di kokpit. Peralatan tersebut digunakan untuk navigasi. Hampir semua perangkat elektronik termasuk ponsel, tablet, laptop, e-book, dan konsol games memancarkan gelombang radio. Jika gelombang radio yang dipancarkan sangat mirip dengan gelombang dari petugas navigasi maka radar, komunikasi, dan teknologi yang berguna untuk menghindari suatu tabrakan bisa diubah. Hal ini sangat krusial saat pesawat akan lepas landas dan pendaratan.

Namun, perlu diingat juga bahwa bukti dalam kenyataan masih belum banyak ditemukan. Terlebih lagi, saat ini telah banyak pesawat yang dilengkapi dengan Wi-Fi. Tentunya, Wi-Fi juga memiliki gelombang radio. Kecelakaan masih sering disebabkan oleh cuaca atau kesalahan pada listrik.

Meksipun demikian, bukan berarti kita mengesampingkan bahwa menyalakan perangkat elektronik tidak akan berdampak banyak. Meminimalisir segala kemungkinan buruk yang bisa terjadi tentu sangat diperlukan, jangan sampai peristiwa seperti hilangnya pesawat AirAsia QZ8501 kembali terjadi. 


SUMBER

Previous
Next Post »
Thanks for your comment